BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Setiap individu atau organisasi
tidak akan terlepas dari masalah. Masalah pada dasarnya adalah penyimpangan
atau ketidaksesuaian dari apa yang semestinya terjadi atau tercapai. Kesalahan
dalam melakukan identifikasi masalah akan menyebabkan kesalahan dalam
penyelesaiannya. Ada sebuah frase menyatakan bahwa, jika kita gagal dalam
melakukan identifikasi masalah, maka sesungguhnya kita akan gagal dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Kesalahan identifikasi tersebut bisa disebabkan
kita salah dalam menafsirkan gejala yang merupakan akibat dari masalah yang
terjadi. Untuk dapat menyelesaikan masalah, maka perlu dilakukan proses
penyelesaian masalah dari mulai mengumpulkan informasi yang terkait dengan
gejala dan masalah yang dihadapi, hingga kepada penyelesaian masalah yang
mungkin dapat dilakukan. Proses tersebut sering kali dinamakan sebagai proses
penyelesaian masalah (problem solving).
Penyelesaian masalah sering kali
tidak mudah karena berbagai faktor yang terkait dengan masalah sering kali
tidak berpola tunggal, baik yang terkait dengan faktor penyebab maupun
alternatif penyelesaiannya. Tidak berpola tunggal artinya faktor penyebab dan
alternatif penyelesaiannya bisa saja tidak satu. Pertanyaannya adalah alternatif
mana yang akan dipilih. Jawaban atas pertanyaan terakhir membawa kita kepada
sebuah teori dalam penyelesaian masalah yang sering kali dinamakan sebagai
teori pengambilan keputusan. Alternatif yang mana yang akan kita pilih pada
dasarnya mendorong kita untuk mengambil keputusan, karena keputusan harus
diambil agar proses dapat terus berjalan.
Boleh dikatakan bahwa setiap
organisasi yang sukses harus mampu dan mau membuat keputusan yang memungkinkan
organisasi mencapai sasaran dan mencapai kebutuhan utama anggota organisasi.
Bagaimana pun seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada pokoknya memiliki
esensi pengambilan keputusan. Sebab proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan semuanya mengandung konsep dan perilaku pengambilan
keputusan. Dijelaskan oleh Adair dalam Susmaini dan Rifa’i, bahwa: the essence of management is decision making”.
Artinya esensi yang sesungguhnya dari manajemen adalah pengambilan keputusan.
Karena itu teori pengambilan keputusan perlu dipelajari dan dipahami oleh para
manajer yang ingin berhasil dalam mengelola organisasi.
Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu
penyelesaian dari beberapa alternatif yang ada. Keputusan yang akan kita ambil
tentunya perlu didukung berbagai faktor yang akan memberikan keyakinan kepada
kita sebagai pengambil keputusan bahwa keputusan tersebut adalah tepat.
Keputusan yang tepat pada dasarnya adalah keputusan yang bersifat rasional,
sesuai dengan nurani, dan didukung oleh fakta-fakta yang akurat, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kadangkala keputusan dapat tidak bersifat rasional
karena faktor-faktor yang terkait dengan emosi, hubungan antarmanusia, faktor
tradisi, lingkungan, dan lain sebagainya. Sejauh keputusan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan, biasanya keputusan tetap akan diambil.
Hemat pemakalah, pengambilan
keputusan akan sangat menentukan keberhasilan suatu oragnisasi, karena
keputusan apa pun yang akan diambil akan mengarahkan organisasi tersebut
mengarah kepada keberhasilan, kurang berhasil, atau mungkin gagal. Oleh karena
pentingnya pengambilan keputusan, maka perlu diberlakukan suatu pembahasan
secara mendalam mengenai pengambilan keputusan yang akan kita ikuti dalam mata
kuliah pengambilan keputusan, agar kita dapat memahami esensi dari pengambilan
keputusan itu sendiri. Selain sebagai kewajiban tugas kelompok, makalah ini
diperbuat bertujuan untuk memberi pemahaman kepada pembaca, agar mampu memahami
konsep dasar pengambilan keputusan secara sederhana dan jelas.
B. Rumusan
Masalah
1. Pengertian
Pengambilan Keputusan
2. Sifat Dasar
Pengambilan Keputusan
3. Dasar
Pengambilan Keputusan
4. Fungsi
pengambilan keputusan
5. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan
C. Tujuan
Penulisan
1. Dapat
mengetahui pengertian dan hakekat pengambilan keputusan
2. Mengerti
maksud dan fungsi pengambilan keputusan
3. Dapat
menjabarkan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
4. Mengerti
paradigma dalam pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakekat Pengambilan Keputusan
Setiap pemimpin pasti
bertanggungjawab terhadap masa depan organisasinya. Untuk itu tujuan yang telah
ditetapkan harus dapat tercapai dengan berbagai aktivitas dan kebijakan. Salah
satu yang harus dilakukan pemimpin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
adalah pengambilan keputusan.
Untuk memberikan pemahaman tentang
pengambilan keputusan, terlebih dahulu dikemukakan pengertian pengambilan
keputusan. Menurut Robins dalam Mesiono pengambilan keputusan adalah : “decision making is a process in which one
choose between two or more alternatives”. Pendapat ini menegaskan bahwa
pengambilan keputusan sebagai proses memilih satu pilihan di antara dua atau
lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau
alternatif secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional,
tanpa alasan atau data yang kurang akurat. Davis dalam buku yang sama,
mengemukakan suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu
pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan: tentang apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan
perencanaan.
Menurut Mc. Farland decision : “a decision is anact of choice where in an
executive froms a conclusion about what must or must not be done in a given
situation”. (Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan
menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan
dalam situasi yang tertentu). Selain itu juga dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan itu tidak terlepas dari upaya memilih alternatif-alternatif yang
tepat untuk situasi tertentu dengan langkah-langkah tertentu pula.
B. Dasar, Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Dalam situasi atau manajemen
tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu atau semua pekerjaan. Dengan
kata lain, rangkaian pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang pertama dan
paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi, kelompok, unit
atau individu. Bagaimana pun sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya diawali dari
keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan menentukan corak masa depan
suatu organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan akan tetap
menjadi sebuah tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan
sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi,
baik berupa kemajuan, pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut
akibat salah dalam mengambil keputusan. Meskipun penuh ketidakpastian, sebuah
keputusan dibuat justru bersifat masa depan dan menjadi panduan dalam
menentukan tindakan manajemen dan organisasi.
Dengan begitu, jelaslah bahwa
pengambilan keputusan merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam
hubungannya dengan organisasi. Dalam menentukan alternatif untuk menjadi sebuah
keputusan dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan sebelum jatuh pada sebuah
keputusan. Pada kondisi inilah dibutuhkan ketajaman analisis terhadap
masalah-masalah yang dihadapi. Sehingga pengambilan keputusan itu memberikan
keuntungan-keuntungan dengan kemampuannya dalam memilih dan menetapkan alternatif.
Salah satu tolak ukur utama yang
biasa digunakan untuk mengukur efektivitas kepemimpinan seseorang yang
menduduki jabatan pimpinan dalam dalam suatu organisasi ialah kemampuan dan
kemahirannya mengambil keputusan. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa suatu
keputusan dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik apabila memenuhi empat
persyaratan, yaitu rasionalis, logis, realistis, dan pragmatis. Pengalaman dan
penelitian menunjukkan bahwa efektivitas demikian hanya mungkin dicapai apabila
seorang pengambil keputusan mampu menggabungkan secara tepat tiga jenis
pendekatan. Pertama, pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas-asas ilmiah
yang telah dikembangkan oleh para teoritisi yang mendalami proses pengambilan
keputusan. Kedua, pendekatan yang memanfaatkan kemampuan berpikir kreatif,
inovatif,, dan intuitif disertai keterlibatan emosional. Ketiga, kemampuan
belajar dari pengalaman mengambil keputusan di masa lalu, baik karena
keberhasilan maupun karena kegagalan.
Banyak definisi mengenai pengambilan
keputusan dalam organisasi. Winardi dalam Susmaini dan Rifa’i mengemukakan
bahwa secara sederhana pengambilan keputusan adalah adanya kemungkinan pilihan
antara dua macam tindakan alternatif. Ivancevic dan Matteson dalam buku yang
sama, menyebutkan ada dua jenis keputusan, yaitu :
1.
Keputusan terpogram, yaitu jika pada situasi tertentu
ada prosedur rutin yang biasanya bekerja dalam memecahkan masalah. Maka
keputusan terpogram adalah untuk memperluas kemampuan organisasi dalam
memecahkan masalah dengan adanya informasi yang mencukupi.
2.
Keputusan tidak terprogram, yaitu bila tidak ada
cerita atau informasi tidak terstruktur. Tidak ada prosedur yang tersusun bagi
menangani masalah, juga sebab tidak ada secara benar-benar sama masalah
sebelumnya sehingga sangat rumit dan penting sekali.
Keputusan terprogram secara
sederhana dapat dikatakan, tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung
berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram
biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Karena masalah
yang hendak dipecahkan bersifat teknis, biasanya prosedur dan langkah-langkah
yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat
dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Berbeda dengan keputusan terpogram,
keputusan tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat
repetitif, tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan
dampaknya. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan tidak terpogram biasanya
tidak teknis sifatnya. Artinya tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya
operasional. Akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang
strategis bagi eksistensi organisasi yang bersangkutan.
Sering kurang disadari bahwa tugas
utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang
terjadi dalam organisasi sebaiknya merupakan keputusan bersama yang diputuskan
oleh pemimpin, bukan karena terjadi secara kebetulan. Dengan pengambilan
keputusan yang tepat, segala pendadakan yang mungkin terjadi dapat dihindarkan
atau dikurangi. Keputusan yang diambil oleh berbagai eselon pemimpin dalam
organisasi tentu mempunyai bobot yang berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam organisasi, semakin besar kualitas keputusan yang diambilnya
meskipun bobot keputusan tersebut sering bersifat umum. Setiap keputusan yang
diambil, baik di tingkat manajemen puncak, tengah, maupun bawah memiliki
beberapa syarat berikut:
1.
Keputusan yang diambil harus mempermudah dan
mempercepat pencapaian tujuan.
2.
Keputusan harus tepat sehingga mampu memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh organisasi.
3.
Keputusan harus cepat diambil untuk memanfaatkan
kesempatan-kesempatan terbaik yang terbuka untuk organisasi.
4.
Keputusan harus praktis, dalam arti dapat dilakukan
sesuai dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki organisasi.
5.
Keputusan harus regional, dalam arti dapat diterima
oleh akal sehat dari para pelaksana.
Dasar
Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan
intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti,
pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu : 1) Pengambilan keputusan
oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi
membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas,
pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan
kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena
kesulitan mencari pembandingnya, dengan kata lain hal ini diakibatkan
pengambilan keputusan intuitif hanya
diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
2. Pengambilan
Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat
rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih
bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai
masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya
pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya
istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta
yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih
dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum
mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini
sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui
arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman
masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya,
maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak
dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan
cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal
tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang
menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
5. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang
yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil
keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi
yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa
keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya
oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang
yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada
wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan
praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat
keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru
menjadi kabur atau kurang jelas.
C. Fungsi Dan tujuan Pengambilan Keputusan
a.
Fungsi Pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Pangkal permulaan dari semua aktifitas manusia yang
sadar dan terarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara
institusional maupun secara organisasional
2.
Sesuatu yang bersifat futuristik artinya
bersangkutpaut dengan masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya
berlangsung cukup lama.
b.
Tujuan Pengambilan Keputusan
1.
Bersifat Tunggal
Tujuan
pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan,
tidak ada kaitannya dengan masalah lain.
2.
Bersifat Ganda
Tujuan
pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil
itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif
atau yang bersifat tidak kontradiktif.
D. Paradigma Teori dan Faktor Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dalam
organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai
tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu
juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan. Terdapat 4 metode bagaimana cara organisasi dalam
pengambilan keputusan, ke 4 metode tersebut adalah : yaitu kewenangan tanpa
diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion),
kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan
(consensus).
1. Kewenangan
Tanpa Diskusi
Biasanya metode ini sering dilakukan
oleh para pemimpin yang terkesan militer. mempunyai beberapa keuntungan jika
seorang pemimpin menggunakan metode ini dalam pengambilan keputusan, yaitu
cepat, maksudnya seorang pemimpin mempunyai keputusan ketika oraganisasi tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk menentukan atau memutuskan kebijakan apa yang
harus diambil. Tetapi apabila metode ini sering dipakai oleh pemimpin akan
memicu rasa kurang kepercayaan para anggota organisasi tersebut terhadap
kebijakan yang telah diambil oleh pemimpin tanpa melibatkan para anggota yang
lainnya dalam perumusan pengambilan keputusan.
2. Pendapat
Ahli
Kemampuan setiap orang berbeda-beda,
ada yang berkemampuan dalam hal politik, pangan, tekhnologi dan lain-lain,
sangat beruntung jika dalam sebuah organisasi terdapat orang ahli yang
kebetulan hal tersebut sedang dalam proses untuk diambil keputusan, pendapat
seorang ahli yang berkopeten dalam bidangnya tersebut juga sangart membantu
untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.
3. Kewenangan Setelah Diskusi
3. Kewenangan Setelah Diskusi
Metode ini hampir sama dengan metode
yang pertama, tapi perbedaannya terletak pada lebih bijaknya pemimpin yang
menggunakan metode ini disbanding metode yang pertama, maksudnya sang pemimpin
selalu mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organiasi
dalam proses pengambilan keputusan. Terdapat kelemahan didalam metode ini,
setiap anggota akan besaing untuk mempengaruhi pemimpin bahwa pendapatnya yang
lebih perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yang ditakutkan pendapat anggota
tersebut hanya mamberikan nilai positif untuk dirinya dan merugikan anggota
organisasi yang lai.
4. Kesepakatan
4. Kesepakatan
Dalam Metode ini, sebuah keputusan
akan diambil atau disetujui jika didalam proses pengambilan keputusan telah
disepakati oleh semua anggota organisasi, secara transparan apa tujuan,
keuntungan bagi setiap anggota sehingga semua anggota setuju dengan keputusan
tersebut. Negara yang demokratis biasanya akan menggunakan metode ini. Tetapi
metode seperti ini tidak dapat berguna didalam keadaan situasi dan kondisi yang
mendesak atau darurat disaat sebuah organisasi dituntut cepat dalam memberikan
sebuah keputusan.
Keempat metode-metode diatas ialah hasil menurut Adler dan Rodman, satu sama lainnya tidak dapat dikatakan metode satu terbaik yang digunakan dibanding metode yang lainnya, dapat dikatakan efektif jika metode yang mana yang paling cocok digunakan dalam keadaan dan situasi yang sesuai.
Keempat metode-metode diatas ialah hasil menurut Adler dan Rodman, satu sama lainnya tidak dapat dikatakan metode satu terbaik yang digunakan dibanding metode yang lainnya, dapat dikatakan efektif jika metode yang mana yang paling cocok digunakan dalam keadaan dan situasi yang sesuai.
Proses pengambilan keputusan dalam
organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai
tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu
juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan.
Terdapat 4 metode bagaimana cara
organisasi dalam pengambilan keputusan, ke 4 metode tersebut adalah : yaitu
kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli
(expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion),
dan kesepakatan (consensus).
Berdasarkan kondisi dan situasi
pengambilan keputusan yang ada, keputusan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a.
Keputusan-keputusan yang diprogramkan (programmed
decision) adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur.
Keputusan ini rutin dan berulang-ulang. Misalnya keputusan pemilihan pemasok
bahan baku adalah melalui aturan dan prosedur yang tetap.
b.
Keputusan-keputusan yang tidak diprogramkan
(non-programmed decision) adalah keputusan yang berkenaan dengan
masalah-masalah khusus, khas atau tidak biasa. Bila masalah tidak cukup diatasi
dengan kebijaksanaan maka masalah tersebut harus dselesaikan malalui keputusan
yang tidak diprogramkan. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarkhi organisasi,
maka ia akan semakin tinggi tuntutan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah
dengan pebuatan keputusan yang tidak diprogramkan.
Tipe – Tipe Pengambilan
Keputusan
1. Pengambilan keputusan terprogram :
Jenis pengambilan keputusan
ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat
diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi
seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau
menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang
terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan
dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya
hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan
otomatik.
2. Pengambilan keputusan tidak terprogram:
Menunjukkan proses yang berhubungan
dengan masalah – masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan
jenis ini meliputi proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab
masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya
bersifat kompleks, hanya sedikit parameter – parameter yang diketahui dan
kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab
masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan,
ditambah dengan bantuan sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan
keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas fasilitas pabrik,
pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-
kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh
masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram.
Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan,
pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi
lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan
mereka dapat dihubungkan secara langsung.
E.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Dalam
pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1.
Posisi atau kedudukan
Dalam kerangka pengambilan
keputusan, posisi atau kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut:
- Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
- Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional, teknis.
2.
Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang
menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan
daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus
diselesaikan.
3.
Situasi
Situasi adalah keseluruhan
faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara
bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita
perbuat. Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut:
- Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
- Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4.
Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang
secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.
Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.
5.
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik
tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan
usaha, pada umumnya telah tertentu atau telah ditentukan. Tujuan yang
ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.
Menurut
George R. Terry faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan terdiri
dari :
- Hal-hal yang berwujud dan tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional
- Tujuan organisasi
- Orientasi
- Alternatif-alternatif tandingan
- Tindakan
- Waktu
- Kepraktisan
- Pelembagaan
- Kegiatan berikutnya
Menurut
John D. Millet, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan terdiri dari :
- Pria dan wanita
- Peranan pengambilan keputusan
- Keterbatasan kemampuan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan dalam tinjauan
perilaku, mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk
mengetahui apakah keputusan yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai
setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam
prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk
kepemimpinan, sehingga:
·
Teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk
menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko.
·
Pengambilan keputusan adalah proses mental di mana
seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya,
menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data;
manajer secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi.
·
Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara
alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dengan demikian, fokus pengambilan
keputusan adalah pada kemampuan menganalisis situasi dengan memperoleh
informasi seakurat mungking sehingga permasalahan dapat dituntaskan.
B. SARAN
Pembuatan makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi
dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu kami harapkan agar
pembaca bisa mecari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang
kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ernie T. S. dan Kurniawan S., Pengantar
Manajemen, Jakarta: Kencana, 2010.
Susmaini dan Muhammad Rifa’i, Teori
Manajemen Menuju Efektivitas Pengelolaan Organisasi, Bandung: Citapustaka
Media, 2007.
Mesiono, Manajemen Organisasi, Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2012.
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek
Pengambilan Keputusan¸ Jakarta: Toko Gunung Agung, 1987.
Khaerul Umam, Manajemen Organisasi,
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar