BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan kondisi yang
terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak
selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak menghalangi, atau
mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual
dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik
antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan
integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.
Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Konflik ?
2.
Apa sebab-Sebab Timbulnya Konflik ?
3.
Jenis-Jenis Konflik ?
4.
Kaitan kepemimpinan dan konflik ?
5.
Konflik dan manajemen keputusan ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui Konflik Dan Sebab-Sebab Timbulnya
Konflik
2.
Untuk mengetahui Jenis-Jenis Konflik
3.
Untuk mengetahui kaitan organisasi dan konflik
4.
Untuk mengetahui kaitan Kaitan kepemimpinan dan
konflik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja
Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Pengertian konflik menurut ahli yakni sebagai berikut:
1.
Menurut Wirawan, (2009), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara
dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2.
Menurut Berstein, (1965), konflik merupakan suatu
pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah, konflik ini mempunyai
potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
Oleh karena konflik bersumber pada
keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan
sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak
menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya.
Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik,
terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentengan
dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang
terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang
yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik. Konflik
sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi)
dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
B. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik
Beberapa faktor penyebab terjadinya
konflik yakni sebagai berikut :
a.
Perbedaan persepsi
Perbedaan pola pandang tentang suatu
hal bisa menimbulkan konflik karena masing-masing pribadi tetap bersih kuku
dengan persepsinya. Konflik ini bisa terselesaikan bila masing-masing pribadi
sepakat dengan satu arah, tujuan, dan bergabung kedalam tim.
b.
Ketidak harmonisan pemikiran
Ketidak selarasan dan keharmonisan
pemikiran bisa memunculkan sebuah konflik karena perbedaan visi dan misi,
tetapi mereka memiliki satu keinginan yang masing-masing ingin menonjolkan
egonya.
c.
Egoisme (keakuan)
Semakin egois atau semakin tinggi
tingkat keakuan seseorang semakin mudah pula konflik timbul dengan orang lain
dimanapun dia berada.
d.
Persaingan
Keinginan untuk lebih dari yang
lain, baik berupa kekuasaan, prestasi, atau popularitas dapat melahirkan
persaingan yang selalu memunculkan konflik bila tidak disiasati dengan baik.
e.
Situasi dan kondisi yang mendukung konflik
(perselisihan)
Situasi dan kondisi bisa menciptakan
konflik bila didalam situasi itu telah muncul tindakan yang membakar keegoan.
Orang itu disebut “provokator” karena niatnya untuk mewujudkan konflik demi
kepentingannya.
f.
Perilaku sesorang
Perilaku kita atau orang lain yang
mengarah pada hal yang bisa menimbulkan konflik itu bisa terjadi apabila
perilaku itu menyinggung perasaan orang lain atau tidak tunduk pada aturan yang
disepakati sebelumnya.
g.
Kurangnya komunikasi satu dengan yang lainnya.
Masalah komunikasi dapat menimbulkan
konflik apabila tidak diarahkan dengan baik. Oleh karena itu, agar konflik
tidak terjadi perlu dibangun model komunikasi yang dilandasi oleh rasa saling
menghormati diantara semua pihak yang terlibat atau tergabung didalam suatu
kegiatan.
h.
Terjadinya diskriminasi
Hal yang bisa menimbulkan konflik
karena sikap dan perilaku seseorang terhadap orang lain tidak sama, baik atasan
terhadap bawahan ataupun manajer dengan karyawannya.
i.
Kebencian
Kebencian yang telah muncul sebelum
terjadinya konflik akan menyebabkan konflik itu semakin dalam dan berujung pada
pertikaian.
C. Jenis-Jenis Konflik
Menurut Hendro, (2011), ada tiga
jenis-jenis konflik yaitu :
1.
Konflik di dalam hati dan pikiran atas proses
pengambilan keputusan dari berbagai alternatif untuk dipilih satu alternatif
terbaik dengan risiko minimal.
2.
Konflik dengan pihak lain yang harus segera diputuskan
agar masalah tidak berlarut-larut dan bisa merugikan kedua bela pihak.
3.
Konflik terhadap sebuah keputusan dari beberapa alternatif.
Apakah mengambil keputusan ya atau tidak, baik atau buruk, tepat atau tidak
bagi tim.
Menurut Fahmi, Irham, (2016), ada
lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1.
Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang
individu menghadapi ketidak pastian tentang pekerjaan yang diharapkan untuk
melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau
bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2.
Konflik antar individu dalam organisasi yang sama,
dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik
ini juga berasal dari adanya konflik antar peranan.
3.
Konflik antara individu dan kelompok, yang berhungan
dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh
kelompok kerja mereka. Sebagai contoh seorang individu mungkin dihukum atau
diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
4.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama,
karena terjadi pertentangan antar kelompok.
5.
Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat
bentuk persaingan ekonomi dan sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini
telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa,
harga-harga lebih rendah , dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
D. Kepemimpinan dan Konflik
Pimpinan dalam konsep manajemen
konflik memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi timbulnya konflik atau
bahkan lebih jauh menyelesaikan konflik. Karena itu ada hubungan kuat dari
seorang pempinan dalam usaha mempengaruhi menyelesaikan konflik. Yaitu membawa
konflik dari negatif ke arah positif.
Namun jika konsep pimpinan itu
adalah salah maka bisa menimbulkan dampak sebaliknya yaitu mampu membuat
konflik itu sendiri menjadi lebih besar dan berbahaya. Oleh karena itu seorang
pimpinan harus paham bagaimana mengelolah konflik, yaitu mengubah konflik
menjadi motivasi yang mampu mempengaruhi peningkatan produktivitas perusahaan.
Menurut Erni, Tisnawati, (2005),
“bahwa dampak hubungan strategi dan budaya dapat menimbulkan konflik jika
individu-individu dalam organisasi kurang dapat beradaptasi, menempatkan diri
pada posisinya, dan mementingkan kelompok dan golongannya.
Kemampuan adaptasi yang tinggi dan
rendah memiliki hubungan kuat dalam mempengaruhi pembentukan intensitas
konflik. Adaptasi yang rendah pada budaya organisasi menggambarkan dan
melahirkan perbedaan persepsi. Konflik yang tinggi bisa mempengaruhi produktivitas
yang di hasilkan, produktivitas yang tinggi juga harus didukung oleh kondisi
kerja yang kondisif atau jauh dari konflik. Faktor-faktor yang dominan dapat
mempengaruhi produktivitas organisasi adalah suasana kerja kondusif, perbaikan
atau penggunaan alat-alat, dan teknik manajerial.
E. Konflik Dan Manajemen Keputusan
Dasar
Pengambilan Keputusan Manajemen
Manajemen membutuhkan informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Sistem informasi mempunyai peranan
yang penting dalam menyediakan inf untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap2
kegiatan dan keputusan manajemen yg berbeda membutuhkan informasi yang berbeda.
Oleh kana itu untk dpt menyediakan informasi yg relevan dan berguna bagi
manajemen, maka pengembang system informasi hrs memahami terlebih dahulu
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya.
Tipe
Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen dihubungkan
dengan tingkatannya didalam organisasi dibagi menjadi 3 bagian : Perencanaan
strategic : merupakan kegiatan manajemen tingkat atas, sebagai proses evaluasi
lingkungan luar organisasi, penerapan tujuan organisasi, dan penentuan
strategi-strategi. = Proses evaluasi lingkungan luar organisasi : Lingkungan
luar dapat mempengaruhi jalannya organisasi, oleh karena itu manajemen tingkat
atas hrs pandai mengevaluasinya, hrs dpt bereaksi thd kesempatan2 yg diberikan
oleh lingkungan luar, misal produk baru, pasar baru. Selain itu manajemen
tingkat atas hrs tanggap terhadap tekanan2 dari lingkungan luar yg merugikan
organisasi dan sedapat mungkin mengubah tekanan menjadi kesempatan. = Penetapan
tujuan adalah apa yg igin dicapai oleh organisasi berdasarkan visi yg dimiliki
oleh manajemen. Misalnya tujuan perusahaan adalah dlm waktu 5 thn menjadi
penjual terbesar didalam industri dgn menguasai 60% pasar. = Penentuan strategi
: Manajemen tkt atas menentukan tindakan2 yg hrs dilakukan oleh organisasi
dengan maksud untk mencapai tujuan2nya. Dengan strategi semua kemampuan yg
berupa sumberdaya2 dikerahkan supaya tujuan organisasi dapat diraih.
Pengendalian manajemen : system untuk meyakinkan bahwa organisasi telah
menjalankan strategi yg sudah ditetapkan secara efektif dan efisien. Ini
merupakan tingkatan taktik(tactical Level), yaitu bagaimana manajemen tingkat
menengah menjalankan taktik supaya perencanaan strategi dapat dilakukan dengan
berhasil. Taktik yg dijalankan biasanya bersifat jangka pendek ± 1 thn. Proses
pengendalian manajemen terdiri dari : pembuatan program kerja, penyusunan
anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, pelaporan dan analisis. Pengendalian
operasi : Sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap tugas tertentu telah
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini merupakan penerapan program yang
telah ditetapkan di pengendalian manajemen.Pengendalian operasi dilakukan
dibawah pedoman proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas2
tingkat bawah.
Tipe Keputusan Manajemen
Tipe Keputusan Manajemen
Pengambilan keputusan ( Decision
making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai
sasaran. Keputusan dibagi dalam 3 tipe : Keputusan terprogram/keputusan
terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram.
Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah.
Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll. Keputusan
setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt
diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur.
Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta
analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih
canggih, keputusan alokasi dana promosi. Keputusan tidak terprogram/ tidak
terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu
terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk
pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah
tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer
merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur.
Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk
terstruktur yg jarang terjadi. TIPE INFORMASI Sistem informasi sekarang
peranannya tdk hanya sebagai pengumpul data dan mengolahnya menjadi informasi
berupa laporan2 keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yg lebih penting di
dalam menyediakan informasi bagi manajemen untuk fungsi2 perencanaan, alokasi2 sumber
daya, pengukuran dan pengendalian. Laporan2 dari sistem informasi memberikan
informasi kepada manajemen mengenai permasalahan2 yg terjadi didalam organisasi
untuk menjadi bukti yg berguna didalam menentukan tindakan yg diambil. Sistem
informasi menyediakan 3 macam tipe informasi : Informasi pengumpulan data
(Scorekeeping information) : informasi yang berupa akumulasi atau pengumpulan
data untuk menjawab pertanyaan. Berguna bagi manajer bawah untuk mengevaluasi
kinerja personil-personilnya. Informasi Pengarahan perhatian (attention
directing information) : membantu manajemen memusatkan perhatian pada
masalah-masalah yg menyimpang, ketidakberesan. Informasi ini membantu manajemen
menengah untuk melihat penyimpangan2 yg terjadi. Informasi Pemecahan masalah
(Problem Solving information) : informasi untuk membantu para manajer atas
mengambil keputusan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Problem solving
biasanya dihubungkan dgn keputusan yg tidak berulang-ulang serta situasi yg
membutuhkan analisis yg dilakukan oleh manajemen tingkat atas.
Karakteristik
Informasi
Untuk mendukung keputusan yang akan
dilakukan oleh manajemen, maka manajemen membutuhkan informasi yg berguna.
Untuk tiap2 tingkatan manajemen dengan kegiatan yg berbeda-beda, dibutuhkan
informasi yg berbeda-beda pula, karakteristik informasi ini antara lain :
Kepadatan Informasi : untuk manajemen tingkat bawah, karakteristik informasinya
adalah terperinci(detail) dan kurang padat, krn terutama digunakan untuk
pengendalian operasi. Sedang untuk manajemen yg lebih tinggi tingkatannya,
mempunyai karakteristik informasi yg semakin tersaring(terfilter), lebih
ringkas dan padat. Luas Informasi : manjemen bawah karakteristik inf. Adalah
terfokus pada suatu masalah tertentu, krn digunakan oleh manajer bawah yg
mempunyai tugas yg khusus. Untuk manajer tingkat tinggi, karakteristik inf yg
semakin luas, karena manajemen atas berhubungan dengan masalah yg luas.
Frekuensi informasi : Manajemen tingkat bawah frekuensi inf yg diterimanya
adalah rutin, krn digunakan oleh manajer bawah yg mempunyai tugas yg
terstruktur dgn pola yg berulang2 dari waktu ke waktu. Manajem tingkat tinggi,
frekuensi informasinya adalah tidak rutin atau adhoc (mendadak), krn manajemen
atas berhubungan dengan pengambilan keputusan tdk terstruktur yg pola dan
waktunya tdk jelas. Waktu Informasi : Manajemen tingkat bawah, inf yg
dibutuhkan adalah if historis, krn digunakan oleh manajer bawah di dalam
pengendalian operasi yg memeriksa tugas2 rutin yg sudah terjadi. Untuk
manajemen tingkat tinggi, waktu inf lebih ke masa depan berupa inf prediksi krn
digunakan untuk pengambilan keputusan strategik yg menyangkut nilai masa depan.
Akses Informasi : Level bawah membutuhkan inf yg periodenya berulang2, sehingga
dapat disediakan oleh bagian sistem inf yg memberikan dalam bentuk laporan
periodik. Dengan demikian akses inf tdk dapat secara on line, tetapi dapat
secara off line. Sebaliknya untuk level lebib tinggi, periode inf yg dibutuhkan
tdk jelas, sehingga manajer2 tingkat atas perlu disediakan akses on line untuk
mengambil inf kapan pun mereka membutuhkan. Sumber Informasi : Karena manajemen
tingkat bawah lebih berfokus pd pengendalian internal perusahaan, maka manajer2
tingkat bawah lebih membutuhkan inf dgn data yg bersumber dari internal perusahaan
sendiri, tetapi manajer tingkat atas lebih berorientasi pada masalah
perencanaan strategik yg berhubungan dengan lingkungan luar perusahaan, shg
membutuhkan inf dgn data yg bersumber pd eksternal perusahaan.
Peran
Manajemen
Menurut Henry Mintzberg Peran
Interpersonal : peran hubungan personal dapat terdiri dari : = figur kepala
(figur head) : manajer mewakili organisasi untuk kegiatan2 diluar organisasi.
=pemimpin(leader) : manajer mengkoordinasi, mengendalikan, memotivasi, dan
mendukung bawahan- bawahannya. = penghubung (liaison) : manajer menghubungkan
personal2 di semua tingkatan manajemen. Peran Informational : peran dari
manajer sebagai pusat syaraf (nerve center) organisasi untuk menerima informasi
yg paling mutakhir dan sebagai penyebar ( disseminator) informasi keseluruh
personal di organisasi. Peran informasi lainnya adalah manajer sebagai juru
bicara (spokesman) untuk menjawab pertanyaan2 tentang informasi yg dimilikinya.
Peran decisional : yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai entreprenuer,
sebagai orang yg menangani gangguan, sebagai orang yg mengalokasikan sumber2
dayaorganisasi, dan sebagai negosiator jika terjadi konflik di dalam
organisasi.
Tahapan
Pengambilan Keputusan
Simon (1960) memperkenalkan empat
aktivitas dalam proses pengambilan keputusan : Intelligence : Pengumpulan
informasi untuk mengidentifikasikan permasalahan. Design : Tahap perancangan
solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah. Choice : Tahap memilih dari
solusi dari alternatif2 yg disediakan. Implementation : Tahap melaksanakan
keputusan dan melaporkan hasilnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja
Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya
atau membuatnya tidak berdaya.
Sebab-Sebab Timbulnya Konflik
a. Perbedaan
persepsi
b. Ketidak
harmonisan pemikiran
c. Egoisme
(keakuan)
d. Persaingan
e. Situasi dan
kondisi yang mendukung konflik (perselisihan)
f. Perilaku
sesorang.
g. Kurangnya
komunikasi satu dengan yang lainnya.
h. Terjadinya
diskriminasi
i.
Kebencian
Jenis-Jenis Konflik
1.
Konflik di dalam hati dan pikiran atas proses
pengambilan keputusan dari berbagai alternatif untuk dipilih satu alternatif
terbaik dengan risiko minimal.
2.
Konflik dengan pihak lain yang harus segera diputuskan
agar masalah tidak berlarut-larut dan bisa merugikan kedua bela pihak.
3.
Konflik terhadap sebuah keputusan dari beberapa
alternatif. Apakah mengambil keputusan ya atau tidak, baik atau buruk, tepat
atau tidak bagi tim.
Solusi Dalam Menyelesaikan Konflik
1.
Menghindar dari konflik dengan bersembunyi.
2.
Meraih keberhasilan dalam menyelesaikan konflik.
3.
Penyelesaian konflik dengan bernegosiasi (win-win
solution).
4.
Penyelesaian konflik dengan pertimbangan jangka
panjang dan demi kelangsungan tim atau organisasi.
B. Saran
Janganlah sering membuat
masalah-masalah yang akan menimbulkan konflik. Dan jika kamu ingin
menyelesaikan sebuah konflik maka selesaikanlah dengan cara yang positif
seperti, diantara salah satunya bernegosiasi. Karena itu semua merupakan cara
selain dapat menyelesaikan konflik juga berdampak positif bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan, (2009), Konflik dan Manajemen Konflik, penerbit Erlangga; Jakarta
Berstein, (1965), Teori Perilaku Keorganisasian, PT Buku Seru; Jakarta
Hendro, (2011), Dasar-Dasar Kewirausahaan, penerbit Erlangga; Jakarta
Fahmi, Irham ,(2016), Manajemen Pengambilan Keputusan, penerbit Alfabeta;
Bandung
Erni, Tisnawati, (2005), Pengantar Manajemen, penerbit Kencana; Jakarta
Garry Dessler. 1989. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2, Jakarta : PT.
Prehelinso
Hani Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia.
Yogyakarta : BPFE
Werther, W.B. Jr & Davis, K. 1996. Human Resource and Personel Management.
USA: Mc Graw-Hill, Inc
Blanchard Ken, dan Paul Hersey, Manajemen Perilaku Organisasi;
Pendayagunaan Sumber D
William P. Anthony, Pamela L. Perrewe, 1996, Strategic Human Resouce Management,
The Dryden Press aya Manusia, Jakarta: Erlangga, 1986
Brown, L. Dave, 1984. Managing Conflict Among Groups, dalam Organizational Psychology,
Herbert A. Simon (ed.), New Jersey: Prentice Hall Inc.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar