Entri yang Diunggulkan

kunci gitar dan lirik lagu bukti dari virgoun

  oke lek ini dia kunci gitar dari lagunya virgon yang mudah buat pemula silahkan dicoba lek tks....................... Intro:  A  E ...

Senin, 26 Februari 2018

Konsep Dasar Pengambilan Keputusan

Konsep Dasar Pengambilan Keputusan




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam manajemen, pengambilan keputusan memegang peranan yang sangat penting karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang. Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang juga bersama staf, tergantung dari besar kecilya masalah dan gaya kepemimpinan yang dianut oleh si manajer. Yang jelas, pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan secara sembarang. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam rangka pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir untuk dilaksanakan. Masalah berbeda dengan persoalan, meskipun keduanya merupakan pertanyaan untuk dijawab. Jika untuk pertanyaan sudah ada jawabannya, bagi masalah belum.
Ada masalah yang mudah saja dipecahkan, ada yang sukar, ada juga yang sangat sulit, tergantung besarnya masalah dan luasnya sangkut paut dengan berbagai faktor. Atas dasar itulah, maka keputusan yang dihasilkan ada yang tidak mengandung resiko apa-apa, ada yang resikonya kecil saja, ada pula yang resikonya besar, bahkan sangat besar. Cara pengambilan keputusan akan mempengaruhi perancangan sistem informasi berdasarkan komputer yang dimaksudkan untuk mendukung proses pengambilan keputusan.

A.      Rumusan Masalah
1.      Pengertian Pengambilan Keputusan
2.      Sifat Dasar Pengambilan Keputusan
3.      Dasar Pengambilan Keputusan
4.      Fungsi pengambilan keputusan
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

B.       Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui pengertian dan hakekat pengambilan keputusan
2.      Mengerti maksud dan fungsi pengambilan keputusan
3.      Dapat menjabarkan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
4.      Mengerti paradigma dalam pengambilan keputusan
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.      Pengertian dan Hakikat Pengambilan Keputusan
Pembuatan keputusan ini bertujuan mengatasi atau memecahkan masalah yang bersangkutan sehingga usaha pencapaian tujuan yang di maksud dapat di laksanakan secara baik dan efektif. Masalah atau problemnya yang di maksud dapat di bagi tiga golongan besar yaitu, masalah korektif, masalah progesif, dan masalah kreatif.
Masalah korektif adalah masalah yang timbul karena adanya penyimpangan dari apa yang di rencanakan. Masalah progesif adalah suatu masalah yang terjadi akibat adnya keinginan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu prestasi atau hasil masa lalu. Masalah kreatif adalah masalah yang muncul karena adanya keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Ralph C. Davis (Hasan, 2004) memberikan definisi atau atau pengertian keputusan sebagai hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
Mary Follet  memberikan definisi atau pengertian keputusan sebagai suatu atau sebagai hokum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semuayang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumannya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum situasi.
Menurut G. R. Terry Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
Menuurut Harold Koontz dan Cyril ODonnel Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindakadalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
Theo Haiman menilai bahwa inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
Menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari jumlah alternative untuk melakukan aktifitas- aktifitas pada masa yang akan datang.
Chester I. Barnard mendefenisikan Keputusan sebagai perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.

B.       Dasar Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Dalam situasi atau manajemen tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu atau semua pekerjaan. Dengan kata lain, rangkaian pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang pertama dan paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi, kelompok, unit atau individu. Bagaimana pun sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya diawali dari keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan menentukan corak masa depan suatu organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil keputusan. Meskipun penuh ketidakpastian, sebuah keputusan dibuat justru bersifat masa depan dan menjadi panduan dalam menentukan tindakan manajemen dan organisasi. Dengan begitu, jelaslah bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam hubungannya dengan organisasi. Dalam menentukan alternatif untuk menjadi sebuah keputusan dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan sebelum jatuh pada sebuah keputusan. Pada kondisi inilah dibutuhkan ketajaman analisis terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Sehingga pengambilan keputusan itu memberikan keuntungan-keuntungan dengan kemampuannya dalam memilih dan menetapkan alternatif.
Salah satu tolak ukur utama yang biasa digunakan untuk mengukur efektivitas kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam dalam suatu organisasi ialah kemampuan dan kemahirannya mengambil keputusan. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa suatu keputusan dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik apabila memenuhi empat persyaratan, yaitu rasionalis, logis, realistis, dan pragmatis. Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas demikian hanya mungkin dicapai apabila seorang pengambil keputusan mampu menggabungkan secara tepat tiga jenis pendekatan. Pertama, pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas-asas ilmiah yang telah dikembangkan oleh para teoritisi yang mendalami proses pengambilan keputusan. Kedua, pendekatan yang memanfaatkan kemampuan berpikir kreatif, inovatif,, dan intuitif disertai keterlibatan emosional. Ketiga, kemampuan belajar dari pengalaman mengambil keputusan di masa lalu, baik karena keberhasilan maupun karena kegagalan.
Banyak definisi mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Winardi dalam Susmaini dan Rifa’i mengemukakan bahwa secara sederhana pengambilan keputusan adalah adanya kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan alternatif. Ivancevic dan Matteson dalam buku yang sama, menyebutkan ada dua jenis keputusan, yaitu :
1.        Keputusan terpogram, yaitu jika pada situasi tertentu ada prosedur rutin yang biasanya bekerja dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terpogram adalah untuk memperluas kemampuan organisasi dalam memecahkan masalah dengan adanya informasi yang mencukupi.
2.        Keputusan tidak terprogram, yaitu bila tidak ada cerita atau informasi tidak terstruktur. Tidak ada prosedur yang tersusun bagi menangani masalah, juga sebab tidak ada secara benar-benar sama masalah sebelumnya sehingga sangat rumit dan penting sekali.
Keputusan terprogram secara sederhana dapat dikatakan, tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Karena masalah yang hendak dipecahkan bersifat teknis, biasanya prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Berbeda dengan keputusan terpogram, keputusan tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan tidak terpogram biasanya tidak teknis sifatnya. Artinya tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional. Akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi yang bersangkutan.
Sering kurang disadari bahwa tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya merupakan keputusan bersama yang diputuskan oleh pemimpin, bukan karena terjadi secara kebetulan. Dengan pengambilan keputusan yang tepat, segala pendadakan yang mungkin terjadi dapat dihindarkan atau dikurangi. Keputusan yang diambil oleh berbagai eselon pemimpin dalam organisasi tentu mempunyai bobot yang berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, semakin besar kualitas keputusan yang diambilnya meskipun bobot keputusan tersebut sering bersifat umum. Setiap keputusan yang diambil, baik di tingkat manajemen puncak, tengah, maupun bawah memiliki beberapa syarat berikut:
1.        Keputusan yang diambil harus mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan.
2.        Keputusan harus tepat sehingga mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh organisasi.
3.        Keputusan harus cepat diambil untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan terbaik yang terbuka untuk organisasi.
4.        Keputusan harus praktis, dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki organisasi.
5.        Keputusan harus regional, dalam arti dapat diterima oleh akal sehat dari para pelaksana.
Dasar Pengambilan Keputusan
1.        Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu : 1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 2) Keputusan intuitif  lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya, dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif  hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
2.        Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu. 
3.        Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4.        Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
5.        Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

C.      Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Bersifat Tunggal
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.
Bersifat Ganda
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.

D.      Paradigma Teori dan Faktor Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dalam organisasi  ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam pengambilan keputusan. Terdapat 4 metode bagaimana cara organisasi dalam pengambilan keputusan, ke 4 metode tersebut adalah : yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).
1.      Kewenangan Tanpa Diskusi
Biasanya metode ini sering dilakukan oleh para pemimpin yang terkesan militer. mempunyai beberapa keuntungan jika seorang pemimpin menggunakan metode ini dalam pengambilan keputusan, yaitu cepat, maksudnya seorang pemimpin mempunyai keputusan ketika oraganisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menentukan atau memutuskan kebijakan apa yang harus diambil. Tetapi apabila metode ini sering dipakai oleh pemimpin akan memicu rasa kurang kepercayaan para anggota organisasi tersebut terhadap kebijakan yang telah diambil oleh pemimpin tanpa melibatkan para anggota yang lainnya dalam perumusan pengambilan keputusan.
2.      Pendapat Ahli
Kemampuan setiap orang berbeda-beda, ada yang berkemampuan dalam hal politik, pangan, tekhnologi dan lain-lain, sangat beruntung jika dalam sebuah organisasi terdapat orang ahli yang kebetulan hal tersebut sedang dalam proses untuk diambil keputusan, pendapat seorang ahli yang berkopeten dalam bidangnya tersebut juga sangart membantu untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.
3. Kewenangan Setelah Diskusi
Metode ini hampir sama dengan metode yang pertama, tapi perbedaannya terletak pada lebih bijaknya pemimpin yang menggunakan metode ini disbanding metode yang pertama, maksudnya sang pemimpin selalu mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organiasi dalam proses pengambilan keputusan. Terdapat kelemahan didalam metode ini, setiap anggota akan besaing untuk mempengaruhi pemimpin bahwa pendapatnya yang lebih perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yang ditakutkan pendapat anggota tersebut hanya mamberikan nilai positif untuk dirinya dan merugikan anggota organisasi yang lai.
4. Kesepakatan
Dalam Metode ini, sebuah keputusan akan diambil atau disetujui jika didalam proses pengambilan keputusan telah disepakati oleh semua anggota organisasi, secara transparan apa tujuan, keuntungan bagi setiap anggota sehingga semua anggota setuju dengan keputusan tersebut. Negara yang demokratis biasanya akan menggunakan metode ini. Tetapi metode seperti ini tidak dapat berguna didalam keadaan situasi dan kondisi yang mendesak atau darurat disaat sebuah organisasi dituntut cepat dalam memberikan sebuah keputusan.
Keempat metode-metode diatas ialah hasil menurut Adler dan Rodman, satu sama lainnya tidak dapat dikatakan  metode satu terbaik yang digunakan dibanding metode yang lainnya, dapat dikatakan efektif jika metode yang mana yang paling cocok digunakan dalam keadaan dan situasi yang sesuai.
Proses pengambilan keputusan dalam organisasi  ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam pengambilan keputusan.
Terdapat 4 metode bagaimana cara organisasi dalam pengambilan keputusan, ke 4 metode tersebut adalah : yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).
Berdasarkan kondisi dan situasi pengambilan keputusan yang ada, keputusan dapat  diklasifikasikan sebagai berikut:
a.         Keputusan-keputusan yang diprogramkan (programmed decision) adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan ini rutin dan berulang-ulang. Misalnya keputusan pemilihan pemasok bahan baku adalah melalui aturan dan prosedur yang tetap.
b.        Keputusan-keputusan yang tidak diprogramkan (non-programmed decision) adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas atau tidak biasa. Bila masalah tidak cukup diatasi dengan kebijaksanaan maka masalah tersebut harus dselesaikan malalui keputusan yang tidak diprogramkan. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarkhi organisasi, maka ia akan semakin tinggi tuntutan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah dengan pebuatan keputusan yang tidak diprogramkan.

Tipe – Tipe Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan terprogram :
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
2. Pengambilan keputusan tidak terprogram:
Menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah – masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter – parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan- kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung.

E.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1.        Posisi atau kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi atau kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut:
  • Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
  • Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional, teknis.
2.        Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
3.        Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut:
  • Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
  • Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4.        Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.
5.        Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu atau telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.
Menurut George R. Terry faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan terdiri dari :
  • Hal-hal yang berwujud dan tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional
  • Tujuan organisasi
  • Orientasi
  • Alternatif-alternatif tandingan
  • Tindakan
  • Waktu
  • Kepraktisan
  • Pelembagaan
  • Kegiatan berikutnya
Menurut John D. Millet, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan terdiri dari :
  • Pria dan wanita
  • Peranan pengambilan keputusan
  • Keterbatasan kemampuan























BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
a.         Tujuannya adalah untuk menjelaskan paham pengambilan keputusan yang penting dan kemudian juga mengenai hubungan antara teori tersebut untuk merancang sistem informasi.
b.        masalah atau problem yang dimaksud dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu masalah korektif, masalah progresif, dan masalah kreatif.
c.         Proses dasar pembuatan keputusan rasional hampir sama dengan proses perencanaan strategis formal. Ini mencakup identifikasi dan diagnosa masalah, pengumpulan dan analisa data yang relevan, pengembangan alternatif, penilaian berbagai alternatif penyelesaian, pemilihan alternatif terbaik, implementasi keputusan, dan evaluasi terhadap hasil
d.        Kriteria untuk pengambilan keputusan yang mengandung resiko adalah memaksimalkan nilai yang diharapkan.
e.         Skala Pengukuran Pengambilan Keputusan skala nominal, skala ordinal, skala interval, skala ratio, skala absolute

B.       SARAN
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Setiap pembuat kebijakan hendaklah mengetahui konsep dasar pengambilan keputusan agar tidak merugikan organisasi yang dipimpinnya maupun orang yang terdapat pada organisasi tersebut. Pengambilan keputusan sebaiknya berdasarkan sistem informasi manajemen, kerana pada sistem informasi manajemen terdapat data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Syamsi, Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
J. Supranto, Teknik Pengambilan Keputusan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2011.
Sondang P. Siagian, Manajemen Abad 21, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
Dewi Jannah, Hand Out Sistem Informasi Manajemen, 2009.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar